Skip to main content

Sudahlah, tak ada apapun untuk bercermin…















Langit seperti tanaman hias yang membentang
Menyerupai kolam berisi koi dan mujaer
Di pematang, tuhan berjalan
Bersama para belut dan binatang lumpur
Tetapi laut dipenuhi katak dan belalang berenang
Lalu mobil lalu-lalang

Awan berdeburan bersama para peselancar yang
Keringatnya menyerupai buih solar dan lotion pelumas
Gunung, pada dataran yang aneh, sepadan dengan garis laut
Hiruk pikuk bersama tante gemerlap yang belanja ayam siap saji
Ada kota, yang kita sebut kota sebagai tempat paling beradab
Tempat segala ada, ada segala tempat, tempat ada segala

Semen basah, serok memupuk organ belukar menjadi beton
Diujung langit sana, tinggi, tinggi sekali
Para pelancong melancong sesuatu yang semestinya tidak dilancong
Pengembara dari belahan bumi masghul, sebab tanah ini adalah tanah
Pribumi yang dahulunya sebagai pelancong, kemudian mereka congkak

Bangsat bertepi disisian waktu
Merona karena alat kelaminnya menyerupai wajah lutung menyeringai
Wajah-wajah menyepuh lantaran ketahuan sedang orgasme di toilet jalan
Padahal, kata mereka, tak seharusnya mereka tahu, sebab mereka sudah tahu

Dalam gambar :
Remaja mengubah belahan pantat menjadi manekin payudara
Anak-anak mengubah payudara menjadi gunung dengan camar dan lautan
: Begitulah kebaikan manusia yang manusiawi
Selalu mengajak rasa malu bercendawa

Surau baru, gereja masa lalu, kuil lapuk
Tempat para peziarah orang hidup yang belum sepantasnya mereka ziarahi
Tersusun bantalan tahta gemerlap, tinggal memilih : menjadi raja atau nabi
Segala senjata bersatu, atau tank, dan kicauan para tetua
Memerangi apa : tidak tahu

Di negeri dimana cacing memakan hamburger dan cappuccino panas dingin
Amoeba menjilati seribu rasa dapur carrefoure, carrefoure menjauhi mereka dengan
Pemanas atau pendingin ruangan, manusia memakan asbak dan menyetubuhi mobil
Mengkilat ber AC sehat, bahkan lebih sehat dari kesehatan itu sendiri, para istri cemburu
Karena para suami sibuk bunuh diri, tapi gagal, dan gagal, lalu gagal, gagal lagi
Ulat bulu seperti kumis, kumis tidak serupa dengan ulat bulu
Jin dan setan gentayangan, kuku mereka menyerupai bursa saham
Haram jadah, serapah menguak, membiasa dan membumi
Tapi ternyata sangat hati-hati, mereka bilang :
Kami orang baik, penyabar, penderma,
; Dan tentu, pengkhianat

Kini aku, sendiri, yang mencari selimut di tiap tempat di belahan bumi
Bersama ketetapan hati yang lapuk, aku tak membawa apapun ketika pergi
Hanya mata jalang dan pikiran liar, mungkin bersama Tuhan Yang Maha Pendiam
Katanya auraku berbentuk senggama, menderita-ria
Yang, kesakitannya menyerupai rasa nikmat khidmat
Berkelimpahan hati yang temaram, ketulusan kekal ternyata membawa aib belaka

Sudahlah, tak ada apapun untuk bercermin…




Bogor, 10 Mei 2006 di kamar Aldy.

Comments

derapasya said…
yeah....asyik banget bacanya....
Anonymous said…
Bener banget. Ta ada apapun untuk bercermin
Anonymous said…
Keren keren keren
Anonymous said…
Keren keren keren
Yg produktif om nulisnya,

Popular posts from this blog

Untuk : Amandha anjaswatie handanie

Nda yang aku cintai… Aku hanya ingin mengungkap cinta hatiku padamu nda, sejauh ini…sepanjang roman yang kumiliki hingga hari ini…dan nafas, yang menyimpan seribu pengakuan. Aku memilih nafas untuk mengendapkan seluruh yang aku rasakan, sebaik-baiknya perasaan, sebab nafas tak memilih perasaan apapun tapi menyimpan kepekaan yang dalam, aku sering mengenali dari nafasmu nda, saat kita sedekat kemarin. Aku selalu ungkapkan apa yang aku rasakan padamu, disiang hari dan malam saat hening, aku selalu ingin nda tahu bagaimana aku merangkak dalam kepekatan. Bolamata school yang menjaga nafas idealisme masa lalu itu sudah tidak serupa bayanganku, ia terlalu berat menanggung kepekaannya sendiri. Nda tahu kan bahwa ada banyak orang yang pergi karena mereka terlalu berat menanggung cinta yang nisbi, cinta yang tidak dapat mereka peroleh dimana-mana, cinta yang hanya serupa gaung, cinta yang membuat mereka selalu menderita, cinta yang seperti roman fiksi dalam literasi. Sebagian menganggapnya bahw