Skip to main content

Untuk : Amandha anjaswatie handanie

Nda yang aku cintai…

Aku hanya ingin mengungkap cinta hatiku padamu nda, sejauh ini…sepanjang roman yang kumiliki hingga hari ini…dan nafas, yang menyimpan seribu pengakuan. Aku memilih nafas untuk mengendapkan seluruh yang aku rasakan, sebaik-baiknya perasaan, sebab nafas tak memilih perasaan apapun tapi menyimpan kepekaan yang dalam, aku sering mengenali dari nafasmu nda, saat kita sedekat kemarin.

Aku selalu ungkapkan apa yang aku rasakan padamu, disiang hari dan malam saat hening, aku selalu ingin nda tahu bagaimana aku merangkak dalam kepekatan. Bolamata school yang menjaga nafas idealisme masa lalu itu sudah tidak serupa bayanganku, ia terlalu berat menanggung kepekaannya sendiri. Nda tahu kan bahwa ada banyak orang yang pergi karena mereka terlalu berat menanggung cinta yang nisbi, cinta yang tidak dapat mereka peroleh dimana-mana, cinta yang hanya serupa gaung, cinta yang membuat mereka selalu menderita, cinta yang seperti roman fiksi dalam literasi. Sebagian menganggapnya bahwa hal itu utopia, semakin dikejar ia akan lari menjauh.

Sebelum nda mengisi hatiku, bolamata telah banyak ditinggalkan karena telah akut dengan idealisme rasa sakit, aku tahu, mereka menganggap bahwa bolamata tidak akan pernah sampai pada apa yang menjadi tujuannya, atau mereka terlalu sakit menanggung tragedy yang telah dikukuhkan untuk menjadi sejarah hidup itu? Aku mungkin salah nda, memilih jalan sekeras ini, dan kelak kutanggung sendiri.

Dahulu saat nda tidak pernah terlintas hadir, aku menyukai rasa sepi. Aku selalu memilihnya. Aku menginginkan sepi karena aku tidak pernah sedikitpun merasa tenang…sedikitpun tidak pernah merasa tenang…karena aku selalu dilindap perasaan itu, aku memilih untuk melakukan banyak hal: proyeksi-proyeksi yang pernah aku lakukan, hingga saat The Manifestival itu, saat ketemu nda, ditempat, dimana kegalauan pernah dibekukan. Aku pernah menginginkan dibangunkan dari tidur oleh seorang wanita nda…dan kamu melakukannya.

Kita pernah bernazar untuk membangun masa depan dengan keringat dan ribuan luka. Aku terlalu sering terluka, hingga aku tidak merasakan apapun lagi. Tapi aku melakukannya, aku berlari untuk melakukannya, aku berlari hingga tidak ada siapapun yang pernah bisa menyentuh aku, tapi aku membawamu berlari nda, bersamaku…tapi aku ceroboh, aku telah lupa bahwa kau ku ajak berlari…angin telah melukaimu, maafkan aku.

Nda yang aku cintai…
Akhirnya aku telah menyadari bahwa aku bersalah, aku terlalu sombong untuk melawan waktu yang sepenuhnya dia miliki, aku terlalu khusuk mendapati semua yang aku jalani hingga tanpa sadar telah banyak yang aku korbankan, aku terlalu keras menjalani ini sementara alurnya sudah semakin kelam, aku terlalu cepat berlari hingga banyak yang tertinggal, aku terlalu rumit bahkan untuk diriku sendiri, aku mencintai kepekaan orang lain hingga aku sendiri tidak pernah merasa peka, aku menganggap sederhana hingga memungkinkan aku cepat terjatuh, aku terlalu banyak intrik hingga aku berada dalam jalan paling berbahaya, aku terlalu mencintai Tuhan hingga Dia sendiri yang meninggalkanku, hingga aku sadar bahwa aku berada dalam sisi paling gelap yang pernah aku rasakan. Maafkan karena aku tidak pernah mengerti apa-apa.

Aku melihat hamparan diladang-ladang milik para petani, aku menyukainya, aku menyukai hembus angin. Aku hanya perlu melamun untuk mengetahui warna angin…serius nda, aku bisa melihat warnanya! Saat aku ingin didekatmu, aku hanya perlu melihat warnanya. Sebenarnya aku akui aku terlampau ambisius, apalagi bersamamu…aku punya semangat ganda untuk mengubah apapun menjadi kenyataan, merealisasikan imajinasiku, imajinasi kita.

Dahulu saat aku diskusi denganmu aku pernah katakan mengenai semangat untuk belajar, semangat untuk selalu mengembangkan diri, semangat untuk berhubungan baik, semangat untuk menciptakan hubungan yang lebih bermanfaat, semangat mencetak sejarah paling ngeri yang pernah kita lalui. Sekarang aku tahu, aku terlalu berkutat dalam semangat itu sendiri hingga meruntuhkan semuanya. Aku mungkin terlampau sombong mengungkap hal besar sementara aku sebetulnya membutuhkan hal yang halus yang paling intim. Aku menyesal punya semangat yang jauh lebih besar seperti ini.

Aku juga pernah mengatakan tentang, bukan bagaimana bekerja keras, tetapi bagaimana berubah. Aku sebenarnya punya prediksi aneh tentang berubah, yaitu ketika kita mulai membuat orang lain merasa tidak biasa disamping kita. Nda merasakan aku berubah dan aku mulai merasakan nda juga berubah. Justeru aku sekarang merasa takut akan perubahan, perubahan cepat memungkinkan menelan korban lebih banyak dalam sejarah-peradaban didunia manapun. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku tidak mau mengorbankan apapun lagi.

Arif Yudi dan Ginggi JAF pernah sebal denganku gara-gara aku menggusung apa yang tidak pernah aku lakukan dalam ‘Lets Grow The Green’ (saat itu nda marah, karena aku salah, aku selalu merusak suasana, tapi aku kan sudah dihukum dikamar, dan aku tidak pernah sanggup jika nda terus-terusan membisu), mungkin juga mereka menganggap bolamata berubah. Sekalipun begitu aku masih kangen Arif Yudi.

Waktu nda bilang: nda mencintai orang lain. Aku ingat Aria Kamandanu pernah bilang bahwa aku selalu kalah…selalu kalah…, aku bilang : aku menyukai kekalahan yang punya rima daripada kemenangan yang monoton. Hidup terlalu susah aku bentuk, hidup terlalu sering aku yakini bisa mengubah prediksi gerak hingga menemukan warna pelangi tetapi tidak begitu keadaannya. Saat ini aku merasa dilindap sepi bahkan terlalu sepi, jalannya terlalu sepi, nda…aku takut sendirian. Seperti ada ruangan kosong, gelap, mencekam dingin dan sepi dalam diriku.

Saat aku bicara investasi, aku tidak pernah mengejar uang nda…uang akan selamanya tidak penting dalam diriku. Uang hanya menjadi alat akan sebuah pencapaian, karena kamu tahu nda, tidak ada yang gratis termasuk nafas kita. Saat nda bilang bahwa nda tidak butuh uang, aku merasa bersalah. Maafkan aku terlihat sebagai kapitalis lalim daripada aku yang memiliki masa lalu penuh dengan kontemplasi idealis. Sungguh nda, aku masih seperti dahulu..ajari aku kembali…mungkin aku tersesat terlalu jauh.

Ingat waktu nda dan aku bertatapan? Meyakinkan perasaan nda ke dia sekali lagi, barangkali ini sebuah kesalahan? Aku merasa aku sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tahu nda tidak pernah merasakan hal yang nda ingin capai dari dahulu, nda tidak pernah jatuh cinta padaku. Sekarang nda menemukannya setelah hubungan kita sejauh ini. Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati…aku sama sekali tidak pernah mengerti apapun…sama sekali…aku tidak pernah tahu, bahwa aku tengah diajari rasa kehilangan sebaik ini. Nda…aku tak bisa…

Tadi siang aku menemukan kacamataku nda, dia sudah terlalu lama di laci dashboard mobil, kasihan sekali, dia pernah memperjelas persfektif dan warna angin, dia juga pernah membawaku menemui nda, saat itu hatiku terlalu keras…bersamamu bisa selembut ini…hingga aku rapuh sendiri nda…aku benar-benar rapuh…, dia juga pernah memilihkan nda untukku, memilihkan roman untuk kita, memperjelas apa yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Aku senang sekali ketemu dia, rasanya bisa mengingat masa lalu kita.

Nda pernah tidak percaya bahwa nda menjadi tolakan kemana aku berlari kan? Katamu: mana mungkin aku melakukan segala hal untuk nda? Tapi itu betul-betul terjadi nda, aku sudah menyusunnya sejak aku mencintai kamu, sejak rasa sepiku mulai membias, sejak aku tidak pernah takut lagi, sejak aku punya naluri yang hebat untuk sejarah kita, sejak aku mendambakan kebahagiaan masa depan.

Tapi aku masih manusia nda, (manusia yang sama sekali tidak pernah merasa nyaman, bahkan untuk diriku sendiri), manusia yang sedang berjuang melawan lupa, berjuang melawan buta, berjuang melawan kata-kata yang sering bohong, aku sudah tertinggal…Sekarang, aku tidak mau egois lagi, aku juga tidak akan memaksa nda untuk menuruti keinginanku lagi, aku juga tidak akan pernah meminta lagi kecuali nda yang memintanya, aku tidak pernah…tidak akan pernah sedih lagi…aku juga mau beli sepatu untuk kerja, sepatu yang sering aku pakai bukan milikku, tadi siang diambil, aku juga mau beli buku filsafat eksistensialism, sudah lama aku tidak menyentuhnya…aku ingin sekali lagi menguatkan hatiku…agar aku siap dengan apapun yang hendak terjadi…agar aku tidak serapuh ini…agar aku tidak mengecewakan keluargaku…agar aku bisa membanggakan ayah dan ibuku…agar aku bisa mensejahterakan 1.436 petani…agar aku bisa menjunjung teman-teman yang masih kuat denganku selama ketidaknyamanan ini…agar aku bisa membalas semua janji-janjiku…agar aku tidak marahan lagi sama Tuhan…Agar aku menjadi patut dicintai oleh banyak orang…agar aku mencintai apapun yang aku lihat…agar aku besar dan tidak sombong…agar aku mengerti bahwa kamu nda, hal terhebat yang pernah aku punya, karena denganmu aku selalu diajari melihat diri sendiri dengan baik…agar aku siap ditinggalkan…agar aku bisa mencintai rasa sakit…agar aku bisa mencintaimu…

Maafkan aku yang telah bersikap buruk ini…Aku hanya berharap kau memiliki hatiku…, maka kembalilah…kembalilah nda…aku masih mau belajar untuk sama-sama saling mencintai…mengerti…dan memahami luka kita masing-masing…



Agusgoh
Rajagaluh,29 april 2008





Comments

Enno said…
wah indahnya... semoga nda-nya mau kembali ya. amin :)
Agusgoh & Co. said…
hehe...dia udah pergi Enn, lama...dan gak pernah tahan sama aku.
katanya : bersamaku, seperti mengurus anak kecil.
Anonymous said…
Jangan terlena dengan kecantikannya, hatinya sangat kotor... tak pernah menghargai orang bahkan dirinya sendiri..
Anonymous said…
Kamu memang keterlaluan
Anonymous said…
Jgn percaya nda. Dia bicara seperti itu dibanyak wanita. Cintanya tdk sehebat lukisannya.
Anonymous said…
Ketika pergi.. Baru bicara,, dari kemarin kemana aja,, kalo sudah pergi baru bicara ya percumah.
agusgoh said…
thanks, commentnya...

Popular posts from this blog