Skip to main content

hawa, hawa dan hawa

aku selalu merasa sendiri...mengendap sepi, tetapi jarang merasa bosan dengan apapun yang kulihat, begitu...semuanya tampak menarik. banyak hal yang bisa aku pelajari dari bumi yang telah membesarkanku, begitu mengagumkan dan seolah tak terbatas, ada banyak hal-hal baru yang selalu bumi tawarkan padaku.

aku tahu kenapa Tuhan ciptakan kita punya satu mulut, agar kita tidak banyak mengumbar kata-kata; dan tuhan ciptakan dua mata, dua telinga agar kita lebih banyak menganalisa...dua tangan dan dua kaki agar kita lebih banyak bertindak...

ini tentang hawa, yang semestinya membuat naluriku lebih relax tentang kata-kata dan daya ungkit imajinasi, hawa, yang ditugaskan untuk membuat bumi ini serasa lebih muda, dan bagiku: merasa hidup dimulai kembali. ketika aku merasa sendiri, jiwaku merasa utuh, sepenuhnya milikku, aktualisasi diri adalah diriku sendiri bukan dorongan siapapun, buah dari apayang kita sebut: pemikiran. aku tau, aku mencintai seseorang, dengan rasa cinta yang begitu aneh, mengendap, berderap dan selalu lama tertahan, seperti menghela nafas beribu-ribu kali dalam hitungan detik, melelahkan sekaligus menggairahkan, entahlah, sekalipun perasaan ini begitu akut dan ketat tetapi tentu cinta, akan selalu aku jaga, terbawa dalam nafas yang membumi, ini bukan berahi, tetapi gairah tertahan, ini juga bukan dosa tetapi meninggikan masterpiece Tuhan bernama: c i n t a.

aku bersyukur masih bisa memilikinya...

ketika aku mencintainya, aku melihat sisi gelapnya, lebih banyak dari yang aku kira, apa? sepenggal jiwaku direbut olehnya, oleh hawa yang kucintai, aku bukan aku, separuh jiwaku adalah miliknya, begitulah yang kurasakan, aktualisasi diri ternyata bukan sepenuhnya milikku, aku kehilangan sesuatu... tentu, jiwaku yang mengendap pada hawa harus kurebut kembali, aku harus mengambilnya dari hawa... ...beserta hatinya. (2008)

Comments

Popular posts from this blog

Untuk : Amandha anjaswatie handanie

Nda yang aku cintai… Aku hanya ingin mengungkap cinta hatiku padamu nda, sejauh ini…sepanjang roman yang kumiliki hingga hari ini…dan nafas, yang menyimpan seribu pengakuan. Aku memilih nafas untuk mengendapkan seluruh yang aku rasakan, sebaik-baiknya perasaan, sebab nafas tak memilih perasaan apapun tapi menyimpan kepekaan yang dalam, aku sering mengenali dari nafasmu nda, saat kita sedekat kemarin. Aku selalu ungkapkan apa yang aku rasakan padamu, disiang hari dan malam saat hening, aku selalu ingin nda tahu bagaimana aku merangkak dalam kepekatan. Bolamata school yang menjaga nafas idealisme masa lalu itu sudah tidak serupa bayanganku, ia terlalu berat menanggung kepekaannya sendiri. Nda tahu kan bahwa ada banyak orang yang pergi karena mereka terlalu berat menanggung cinta yang nisbi, cinta yang tidak dapat mereka peroleh dimana-mana, cinta yang hanya serupa gaung, cinta yang membuat mereka selalu menderita, cinta yang seperti roman fiksi dalam literasi. Sebagian menganggapnya bahw