Skip to main content

Tapi kamu pergi diam-diam

aku seharusnya menyadari dari awal bahwa kamu belum memahami tentang kerjasama kita sepenuhnya, dan ada banyak orang sepertimu : teman-teman terbaikku, ah…sudahlah, mereka telah pergi, ini bukan salah mereka, tetapi salahku yang kadang mengabaikan mereka, kadang membuat mereka terjerat kesulitan, kadang mereka terlibat dengan lintasan berbahaya yang aku punya, kadang membuat mereka tidak mengerti dengan rencana dalam pikiranku.

Kamu tahu? Bahwa aku tidak sepenuhnya bisa mengendalikan mereka, mereka punya hidup, mereka boleh mengabaikan semangatku, mereka boleh menghantamku, mereka boleh berkhianat, mereka boleh mencintaiku sekaligus membenciku, mereka boleh membicarakan semua detail tentangku, dan mereka boleh tidak setuju dengan beberapa ide yang aku punya, termasuk, mereka boleh pergi kapanpun.

Sekalipun telah aku katakan dalam fase tertentu bahwa aku mencintai mereka sepenuhnya, mereka sulit untuk aku dapatkan: orang yang mengerti tentang rencana-rencana kita dari awal. Teman-teman terbaikku, teman-teman dengan latar yang berbeda, sungguh, bukan karena aku membutuhkan mereka untuk segudang rencana yang ada, tetapi lebih pada ikatan emosional yang sudah terjalin begitu lama, yang, tentu kita bisa merasakannya, begitu dalam dan misterius, mereka seperti keluargaku sendiri.

Tetapi aku pernah ditinggal oleh beberapa orang dari mereka, semakin hari semakin berat, dan semakin banyak yang meninggalkan aku, barangkali aku terlalu berbahaya bagi mereka, barangkali aku tak tepat memberi kompensasi atau kompensasi ini tak begitu baik dan berharga. Kadangkala aku harus menyadari indikasi tematik sejak dini ketika situasi itu hendak terjadi, aku memang harus membauinya, dan memang aku mengetahui itu, tetapi aku pikir, kadang memang mesti dibiarkan. Sebab kita ternyata punya parameter berbeda tentang aku dari kacamata diriku sendiri, dan aku dari kacamata orang lain.

Kamu tahu? Aku bukanlah borjuasi kapitalis seperti yang kalian pikirkan, sekalipun kadang tindakanku hampir serupa itu; situasi seperti itu hanya diperuntukkan pendisiplinan implementasi kerja, sebab, kadang tanpa tindakan itu, kita hanya terhanyut oleh situasi sesaat, ingat kalimat tentang stategi management bahwa ‘bertindak keras jika sewaktu-waktu dibutuhkan?’ aku melakukannya kawan, aku hanya ingin kita merasakan apapun tentang cara membangun investasi, burukkah? Dan ingatkah ketika kita semua membicarakan bahwa kita bukanlah karyawan disebuah perusahaan, kita adalah entrepreneur, kita adalah pemrakarsa dari kegilaan-kegilaan ini.

Suatu malam, aku pernah mendiskusikan tentang karakter bisnis dengan Amandha; waktu itu aku katakan bahwa aku mau mengajari Iyang dan Uwie bisnis, aku merasa bahwa mereka, adik kecil tercintaku harus cerdas secara financial kelak. Amandha bilang bahwa aku harus mulai dari mengajari mereka tentang keberanian bertindak, keberanian memutuskan, keberanian gagal, dan keberanian mengambil resiko, dan mereka harus punya naluri yang hebat tentang keyakinan mereka atas semua alur yang hendak mereka hadapi sendiri.

Bisnis adalah tentang karakter, aku ingat ini ketika kalimat itu terlontar oleh seorang pengusaha besi di Jakarta, ia punya waktu sedikit untuk ketemu denganku, katanya aku membuang waktu mereka, dan ia meninggalkan aku dengan sejuta kecewa. Yang aku pikirkan saat itu adalah aku begitu dangkal, begitu tidak terdidik, dan liar.

Saat kau membuat janji untuk ketemu dengan buyer disebuah food court sederhana di mall, aku memberikan opsi pembelian pada tim buyer, kami terlibat negosiasi, suatu ketika aku salah bicara, sebenarnya hanya kesalahan menempatkan kalimat, dampaknya adalah mereka pergi dengan dongkol, mereka tidak lagi mempercayai aku lagi, sekalipun suatu saat setelahnya aku mencoba untuk memberikan opsi jual lain pada mereka.

Kamu tahu kawan bahwa dunia ini penuh dengan orang-orang yang ketat dengan ambisi mereka sendiri, ketat dengan karakter yang mereka anggap ideal, pilihannya hanya : apakah kita ikut atau tidak? Jika ikut maka bersiap-siaplah bermain, jika tidak silahkan pergi, dan tentu ada banyak didunia ini orang yang tidak punya toleransi terhadap kesalahan-kesalahan kita. Begitu banyak, sehingga aku memutuskan untuk menciptakan dunia dalam ruang kita sendiri seketat yang kita inginkan, hanya agar kita siap menghadapi dunia yang tanpa kompromi, sekalipun kita telah berlaku kompromistis.
Tapi kamu pergi diam-diam.

Dan yang lainnya juga.
mei 2008


Comments

Popular posts from this blog

Untuk : Amandha anjaswatie handanie

Nda yang aku cintai… Aku hanya ingin mengungkap cinta hatiku padamu nda, sejauh ini…sepanjang roman yang kumiliki hingga hari ini…dan nafas, yang menyimpan seribu pengakuan. Aku memilih nafas untuk mengendapkan seluruh yang aku rasakan, sebaik-baiknya perasaan, sebab nafas tak memilih perasaan apapun tapi menyimpan kepekaan yang dalam, aku sering mengenali dari nafasmu nda, saat kita sedekat kemarin. Aku selalu ungkapkan apa yang aku rasakan padamu, disiang hari dan malam saat hening, aku selalu ingin nda tahu bagaimana aku merangkak dalam kepekatan. Bolamata school yang menjaga nafas idealisme masa lalu itu sudah tidak serupa bayanganku, ia terlalu berat menanggung kepekaannya sendiri. Nda tahu kan bahwa ada banyak orang yang pergi karena mereka terlalu berat menanggung cinta yang nisbi, cinta yang tidak dapat mereka peroleh dimana-mana, cinta yang hanya serupa gaung, cinta yang membuat mereka selalu menderita, cinta yang seperti roman fiksi dalam literasi. Sebagian menganggapnya bahw