Skip to main content

Rima Murung

Melayat hari-hari seperti melihat ribuan duka memanjang, kesulitan yang entah berapa panjang lagi akan kuarungi, aku mendapati banyak sekali kabar murung, hentakan, denyutan seperti detak saat jantungmu terbakar. Kengerian ini seperti janji masa lalu yang pernah ada pada masa kanak-kanak dulu; aku pernah membayangkannya pada saat itu, saat dimana aku masih bocah SD di Muntilan Magelang, ya, aku ingat : aku pernah membayangkan kegerian orang dewasa; sepertiku sekarang ini.

Aku pernah ingat temanku seorang psikiater bernama Mahmudim pernah bilang bahwa aku akan sanggup melalui fase seburuk apapun, jika aku merasa tidak mampu, itu hanya getar saja, sesungguhnya tidak sengeri itu; ia yakin bahwa Tuhan baik padaku dengan memilihkan peperangan untukku sendiri, dan setiap orang memilih peperangannya sendiri.

Mfuuuh…, rasanya terlalu lelah untuk aku imbangi rimanya. Jalannya terlalu gelap dan penuh dengan bahaya. Dan tentu, terlalu panjang bagiku, bertahun-tahun sudah gelap ini, hanya itu yang aku rasakan…, dan sepi yang akut, derita yang sudah sekian lama aku setubuhi, bisu yang membenamkan seluruh gairah-gairah ini, kemarahan yang hampir tidak punya darah, deritanya hampir bisa kunikmati sendiri.

Sekarang aku hanya ingin menulis, sekedar menulis, hanya ingin berbagi kengerian dan kegelapan. Mungkin bersama kalian…mungkin bersama rasa sakit yang mendera…mungkin kelak denganmu bisa mengusir rasa sepi…dan mencintai apapun dengan bangga…(goh)



Comments

Anonymous said…
Sahabat Terbaik Adalah Itu Sahabat Dari Tangan Tuhan

Popular posts from this blog

Untuk : Amandha anjaswatie handanie

Nda yang aku cintai… Aku hanya ingin mengungkap cinta hatiku padamu nda, sejauh ini…sepanjang roman yang kumiliki hingga hari ini…dan nafas, yang menyimpan seribu pengakuan. Aku memilih nafas untuk mengendapkan seluruh yang aku rasakan, sebaik-baiknya perasaan, sebab nafas tak memilih perasaan apapun tapi menyimpan kepekaan yang dalam, aku sering mengenali dari nafasmu nda, saat kita sedekat kemarin. Aku selalu ungkapkan apa yang aku rasakan padamu, disiang hari dan malam saat hening, aku selalu ingin nda tahu bagaimana aku merangkak dalam kepekatan. Bolamata school yang menjaga nafas idealisme masa lalu itu sudah tidak serupa bayanganku, ia terlalu berat menanggung kepekaannya sendiri. Nda tahu kan bahwa ada banyak orang yang pergi karena mereka terlalu berat menanggung cinta yang nisbi, cinta yang tidak dapat mereka peroleh dimana-mana, cinta yang hanya serupa gaung, cinta yang membuat mereka selalu menderita, cinta yang seperti roman fiksi dalam literasi. Sebagian menganggapnya bahw