Skip to main content

Idul fitri ini terlalu sepi untukku

Aku berangkat ke Cirebon untuk menghela nafas setelah rima yang ketat kemarin; lingkar sebelumnya adalah perusahaan pertanian yang telah kehilangan investasi sebesar 200 juta lebih, dan aku memimpin setiap perilaku ganas dari trik dan intrik oring-orang perusahaan tersebut; para insinyur dan jebolan berbagai latar belakang pengusaha. Mereka bermain, dengan kekuatan kepentingan yang berlebih, yang pada akhirnya aku sadar bahwa kemarin aku terlalu berkutan dengan serentetan keberanian yang sekarang telah memuai, sekarang aku memiliki tanggungjawab kerugian yang begitu tidak rasional, dan mereka; layaknya seorang pengusaha, berusaha mengelit dari setiap kejadian sebagai sebuah tanggungjawab, apa namanya kalau bukan cuci tangan. Rasanya aku ingin bicara dengan sepenuh perasaan ini :”cucilah tanganmu sampai kamu merasa benar-benar bersih, dan tentu aman dari segala tagihan!”

Sekalipun begitu : aku memiliki peluang dengan tawaran yang baik; kredit modal kerja lebih besar dari nilai investasi mereka. Baiklah, tapi aku hanya ingin jeda sebentar bersama teman-teman terbaikku : Dimas ash, sandy-G, Tyo bintang, Ichal, abhe yang sekarang mulai menyebalkan dan semua komunitas skateboarders Cirebon; aku bangga sama mereka. Mereka lebih baik dari yang pernah aku kira bertahun-tahun lamanya.

Sekarang aku sama sekali tidak punya uang, jadi Tyo bisa memaklumi ketika aku harus ikut menumpang segala suasana dengannya, mulai dari asap rokok, computer, perjalanan dalam mobil, t-shirt yang setiap hari ganti (yang protes pasti dimas, huh), handuk kecil, celana dalam (aku pernah diam-diam memakai celana dalammu yo, rasanya gak nyaman karena kegedean, hehehe), parfum sandy-G, dan segala hal, bahkan atmosfer cinta, selebihnya sepi yang mulai membiasa.

Disini aku tak melakukan apapun; kecuali berfikir. Untuk kejutan hidup yang lebih baru dan memiliki resiko tinggi, ya, seperti sebuah kengerian selanjutnya. Aku akan menentukan sebuah sikap dengan proyeksi yang hampir berantakan, sebab petanya baru sebatas arsir logika, tapi biarlah, ini akan terus mengalir. Pilihannya menjadi pemenang atau abu.

Lebaran ini aku sudah memutuskan untuk tidak pulang kerumah; alasannya: aku merasa tidak memiliki lebaran tahun ini, bagiku ini tahun yang sangat sulit dan penuh jebakan. bukan karena aku tidak sayang pada keluarga, tapi sepi ini sudah menghangat, berdesir dalam aliran darahku, mungkin sepilah yang menjerumuskan aku terlalu dalam, kelak aku akan pulang dengan membawa keputusan yang matang untuk keluargaku. lagipula aku akan bangun sebuah keluarga baru lagi : yaitu bersama teman-temanku, ini seperti nuansa lebaran yang lain, bahkan mungkin ketika hari-hari biasa yang kelak akan kulalui.

Keluarga Tyo kini baik, memilihkan kebahagiaan yang pekat, sekalipun jika aku lapar, aku dan dimas sering mencari makan di ruang dapur malam hari (sandy-G selalu minta anter kalau kedapur dan kamar mandi, katanya ada hantunya_tenang Bo(:panggilan untuk Botak) aku akan tantang hantu itu, kelak kalau ketemu aku tending), kami seperti tikus hehehe…, Tyo, dia juga tidak pernah mengeluh sudah begitu direpotkan, kecuali satu; jika ada yang mengusik kekentalan hubungan kami; kamu tahu, ini seperti sebuah keluarga laki-laki, mengejar harapan kemana-mana.

“agar kita punya nuansa lebaran aku mau belikan kalian baju baru” itu kata Tyo, Rani memilihkannya untukku di Carefour, kemeja panjang warna hitam garis-garis. Bajunya gak terlalu penting; tapi kehangatannya begitu penting, aku merasa memiliki keluarga yang hebat, yang jarang aku temui…bertahun-tahun.

Kata Isabel :Tuhan memilihkan jalan terbaik untuk setiap orang, bahkan ketika kita merasa menderita sekalipun. Iya bel…aku mendengarnya. (Cirebon September 2008 - http://profiles.friendster.com/agusgohgoh)


Comments

Popular posts from this blog

Untuk : Amandha anjaswatie handanie

Nda yang aku cintai… Aku hanya ingin mengungkap cinta hatiku padamu nda, sejauh ini…sepanjang roman yang kumiliki hingga hari ini…dan nafas, yang menyimpan seribu pengakuan. Aku memilih nafas untuk mengendapkan seluruh yang aku rasakan, sebaik-baiknya perasaan, sebab nafas tak memilih perasaan apapun tapi menyimpan kepekaan yang dalam, aku sering mengenali dari nafasmu nda, saat kita sedekat kemarin. Aku selalu ungkapkan apa yang aku rasakan padamu, disiang hari dan malam saat hening, aku selalu ingin nda tahu bagaimana aku merangkak dalam kepekatan. Bolamata school yang menjaga nafas idealisme masa lalu itu sudah tidak serupa bayanganku, ia terlalu berat menanggung kepekaannya sendiri. Nda tahu kan bahwa ada banyak orang yang pergi karena mereka terlalu berat menanggung cinta yang nisbi, cinta yang tidak dapat mereka peroleh dimana-mana, cinta yang hanya serupa gaung, cinta yang membuat mereka selalu menderita, cinta yang seperti roman fiksi dalam literasi. Sebagian menganggapnya bahw...

Sudahlah, tak ada apapun untuk bercermin…

Langit seperti tanaman hias yang membentang Menyerupai kolam berisi koi dan mujaer Di pematang, tuhan berjalan Bersama para belut dan binatang lumpur Tetapi laut dipenuhi katak dan belalang berenang Lalu mobil lalu-lalang Awan berdeburan bersama para peselancar yang Keringatnya menyerupai buih solar dan lotion pelumas Gunung, pada dataran yang aneh, sepadan dengan garis laut Hiruk pikuk bersama tante gemerlap yang belanja ayam siap saji Ada kota, yang kita sebut kota sebagai tempat paling beradab Tempat segala ada, ada segala tempat, tempat ada segala Semen basah, serok memupuk organ belukar menjadi beton Diujung langit sana, tinggi, tinggi sekali Para pelancong melancong sesuatu yang semestinya tidak dilancong Pengembara dari belahan bumi masghul, sebab tanah ini adalah tanah Pribumi yang dahulunya sebagai pelancong, kemudian mereka congkak Bangsat bertepi disisian waktu Merona karena alat kelaminnya menyerupai wajah lutung menyeringai Wajah-wajah menyepuh lantaran ketahuan sedang org...

Begitulah kota

Selamat datang dimimpi masa depan Dengan ribuan ruang inap berderet-deret Menyetubuhi alam dengan jutaan sinar malam hari Seolah malam tak pernah didambakan Begitulah kota. Dari sini, dari ketinggian sebuah gedung Aku melihat kamu dan jutaan kehidupan dibawah sana; mereka tidak pernah menepi, berdesak-desakan, dan melabrak nasib pada dinding-dinding kota. Begitulah kota, sayangku. Kota selalu menolak malam; ia selalu hidup, bergairah, muda, ketat dan sexy; seperti matamu. Kota juga berbahaya; sebab ia tak kenal siapapun; ia hanya tahu bahwa dialah sebuah ambisi nyata. Dan begitulah kota. Begitulah kota sayangku,  dengan ribuan gedung-gedung sombong dan jutaan kerlap-kerlip penghibur.  Kota tak mengenalku sayang, hanya kamu. Maka, yang menarik dari kota ini hanyalah, karena kamu tinggal didalamnya. Dan, begitulah aku. Jakarta, 2011 Agusgoh.