Skip to main content

when your ‘being’, i'am 'nothing'

Saat ‘mengada’ saat dimana kalian tidak ada, saat kalian ‘mengada’, ribuan suara kalian menguap bersama angin : aku tak bisa mendengar kalian bicara! 


Aming gegerewekan terus, tidak bisa diam, bikin banyak hal yang menurutku biasa jadi luar biasa ditangan dia, hwuh. Dimeja kamar, aming menumpukkan dua pack condom rasa aneh dengan serentetan imajinasi yang memuai ketika si dia tidak bisa datang. B-browser setenang telaga, sekalipun begitu, rima hiphop aku kira selalu berdentum dikepalanya setiap saat, bahkan ketika tanpa suara sekalipun, dia baik, karena aku diperbolehkan menulis dilaptop redupnya itu. Yoseph bergerak seperti layangan, ia berwarna abu-abu, aku pernah lihat photonya saat dia semirip Bruce Lee, ia juga sering mengendap-endap pulsa adiknya, selanjutnya, selalu, ia tak ingin pernah ada dirumah bersama ibunya. Mela, ia seperti wanita kebanyakan yang ketika ada kamera selalu sigap bergaya, yeah, aku kira ia selalu ingin dikenang dalam gambar. Sandy masih sebagai racun, untuk gemerlap, untuk dentuman beat ala si Hitam 50cent, untuk rima monotes setelah civas regal, dan untuk kompromi invitation. Metha memakai baju persis kuda zebra, dengan kalung bling-bling dari Aming, tenang aja Tha Bangsa Indonesia sudah memaafkan kompeni sejak lama, sejak kolonialisme masa lalu yang tertinggal hingga feodalisme bentuk baru jaman sekarang. Iyay cepat pergi. Tyo cepat pulang, saat affairnya dengan Nona Pub selesai di kamar VIP subuh itu. Chiko ingat Bunda, pemilik Aya dengan gaffity didinding rumah, coretannya seolah menghantam Cesar dengan seribu kali lebih hebat. Dan Ibu, yang ketika kamu ada aku hampir tak bisa merangkai kata-kata.

Di Maesanin aku berharap bisa lihat sesuatu dari ketinggian, warna sesungguhnya langit ketika malam, gemerlap lampu-lampu kota, dan gelombang angin. Tapi hujan kangen aku, ia terlalu cepat datang. Aku gak suka kopi maesanin. Aku lebih suka lihat Chiko dan Metha di stage dengan microphone, sekalipun sebenarnya tidak menarik. Aku juga suka saat bicara mengenai rencana debut album Shrimp Citty Squad, aku menyukai nafas kalian, aku bisa merasakan atmosfer semangat yang kalian bawa dimanapun kalian ada, dan senyum yang kalian tebar, sebuah rencana baru, demi perubahan yang kalian yakini : aku mengamininya.

Handphonenya mati bu, sengaja aku matikan. Rasanya ingin mengganti segala hal yang berlalu, rasanya ingin segala sesuatu didekontruksi dari awal lagi. Riaknya membuat aku merasa begitu sangat sepi, menderita dan sungguh-sungguh ketakutan. Aku merasa dingin, aku merasa sangat kedinginan. Rasanya ingin menyerah, tapi tak bisa. Aku juga tak bisa mendengar mereka bicara, sungguh. Ini masih terlalu sepi untukku. Kamu tau bu, kenapa aku sering berada dilingkar teman-temanku? Karena dengan cara itulah mungkin aku bisa mengusir segala rasa tadi, sekalipun selama ini tidak pernah berhasil. Dan mungkin tak akan pernah berhasil. 

Aku ingat Teh Yanti dan Iyang kecil jagoanku, dan yulia, dan Nana, dan Ibu, dan Ayah, dan semua hal yang aku takutkan. Sesungguhnya, sejak lama, aku ingin melihat mereka tersenyum bahagia untukku. Merekalah yang telah membuatku merasa ‘ada’, membuatku harus terus terjaga setiap malam, merekalah yang membuat aku merasa begitu hebat, dan membuat aku harus terus menjadi kuat.  
  


Comments

Popular posts from this blog

Untuk : Amandha anjaswatie handanie

Nda yang aku cintai… Aku hanya ingin mengungkap cinta hatiku padamu nda, sejauh ini…sepanjang roman yang kumiliki hingga hari ini…dan nafas, yang menyimpan seribu pengakuan. Aku memilih nafas untuk mengendapkan seluruh yang aku rasakan, sebaik-baiknya perasaan, sebab nafas tak memilih perasaan apapun tapi menyimpan kepekaan yang dalam, aku sering mengenali dari nafasmu nda, saat kita sedekat kemarin. Aku selalu ungkapkan apa yang aku rasakan padamu, disiang hari dan malam saat hening, aku selalu ingin nda tahu bagaimana aku merangkak dalam kepekatan. Bolamata school yang menjaga nafas idealisme masa lalu itu sudah tidak serupa bayanganku, ia terlalu berat menanggung kepekaannya sendiri. Nda tahu kan bahwa ada banyak orang yang pergi karena mereka terlalu berat menanggung cinta yang nisbi, cinta yang tidak dapat mereka peroleh dimana-mana, cinta yang hanya serupa gaung, cinta yang membuat mereka selalu menderita, cinta yang seperti roman fiksi dalam literasi. Sebagian menganggapnya bahw...

Sudahlah, tak ada apapun untuk bercermin…

Langit seperti tanaman hias yang membentang Menyerupai kolam berisi koi dan mujaer Di pematang, tuhan berjalan Bersama para belut dan binatang lumpur Tetapi laut dipenuhi katak dan belalang berenang Lalu mobil lalu-lalang Awan berdeburan bersama para peselancar yang Keringatnya menyerupai buih solar dan lotion pelumas Gunung, pada dataran yang aneh, sepadan dengan garis laut Hiruk pikuk bersama tante gemerlap yang belanja ayam siap saji Ada kota, yang kita sebut kota sebagai tempat paling beradab Tempat segala ada, ada segala tempat, tempat ada segala Semen basah, serok memupuk organ belukar menjadi beton Diujung langit sana, tinggi, tinggi sekali Para pelancong melancong sesuatu yang semestinya tidak dilancong Pengembara dari belahan bumi masghul, sebab tanah ini adalah tanah Pribumi yang dahulunya sebagai pelancong, kemudian mereka congkak Bangsat bertepi disisian waktu Merona karena alat kelaminnya menyerupai wajah lutung menyeringai Wajah-wajah menyepuh lantaran ketahuan sedang org...

Begitulah kota

Selamat datang dimimpi masa depan Dengan ribuan ruang inap berderet-deret Menyetubuhi alam dengan jutaan sinar malam hari Seolah malam tak pernah didambakan Begitulah kota. Dari sini, dari ketinggian sebuah gedung Aku melihat kamu dan jutaan kehidupan dibawah sana; mereka tidak pernah menepi, berdesak-desakan, dan melabrak nasib pada dinding-dinding kota. Begitulah kota, sayangku. Kota selalu menolak malam; ia selalu hidup, bergairah, muda, ketat dan sexy; seperti matamu. Kota juga berbahaya; sebab ia tak kenal siapapun; ia hanya tahu bahwa dialah sebuah ambisi nyata. Dan begitulah kota. Begitulah kota sayangku,  dengan ribuan gedung-gedung sombong dan jutaan kerlap-kerlip penghibur.  Kota tak mengenalku sayang, hanya kamu. Maka, yang menarik dari kota ini hanyalah, karena kamu tinggal didalamnya. Dan, begitulah aku. Jakarta, 2011 Agusgoh.