Skip to main content

Hujan perlu tahu

Gerimis sudah jatuh
Aku tidak bisa menampungnya
ia berderai-derai sudah
aku memang sudah basah
aku sudah terlanjur kuyup

sungguh hujan membuatku menggigil
Bahkan sekalipun berlipat baju
Hingga kedalam celah kecil
Gemuruhmu bahkan membungkam isakku

Pohon basah, langit bertabur basah, hujan basah, ditengah hutan : aku takut barangkali tak ada tempat berteduh
Pergi kemana? Aku sudah tak tahu jalan pulang

Aku memang sudah basah
Hujan perlu tahu bahwa
Aku bahkan tidak bisa membedakan lagi mana air mata dan hujan


bogor, 24/06/2013


14 November 2025 
Konten ini ditulis oleh Agusgoh sebagai pemilik hak cipta

Comments

Popular posts from this blog

Untuk : Amandha anjaswatie handanie

Nda yang aku cintai… Aku hanya ingin mengungkap cinta hatiku padamu nda, sejauh ini…sepanjang roman yang kumiliki hingga hari ini…dan nafas, yang menyimpan seribu pengakuan. Aku memilih nafas untuk mengendapkan seluruh yang aku rasakan, sebaik-baiknya perasaan, sebab nafas tak memilih perasaan apapun tapi menyimpan kepekaan yang dalam, aku sering mengenali dari nafasmu nda, saat kita sedekat kemarin. Aku selalu ungkapkan apa yang aku rasakan padamu, disiang hari dan malam saat hening, aku selalu ingin nda tahu bagaimana aku merangkak dalam kepekatan. Bolamata school yang menjaga nafas idealisme masa lalu itu sudah tidak serupa bayanganku, ia terlalu berat menanggung kepekaannya sendiri. Nda tahu kan bahwa ada banyak orang yang pergi karena mereka terlalu berat menanggung cinta yang nisbi, cinta yang tidak dapat mereka peroleh dimana-mana, cinta yang hanya serupa gaung, cinta yang membuat mereka selalu menderita, cinta yang seperti roman fiksi dalam literasi. Sebagian menganggapnya bahw...

Sudahlah, tak ada apapun untuk bercermin…

Langit seperti tanaman hias yang membentang Menyerupai kolam berisi koi dan mujaer Di pematang, tuhan berjalan Bersama para belut dan binatang lumpur Tetapi laut dipenuhi katak dan belalang berenang Lalu mobil lalu-lalang Awan berdeburan bersama para peselancar yang Keringatnya menyerupai buih solar dan lotion pelumas Gunung, pada dataran yang aneh, sepadan dengan garis laut Hiruk pikuk bersama tante gemerlap yang belanja ayam siap saji Ada kota, yang kita sebut kota sebagai tempat paling beradab Tempat segala ada, ada segala tempat, tempat ada segala Semen basah, serok memupuk organ belukar menjadi beton Diujung langit sana, tinggi, tinggi sekali Para pelancong melancong sesuatu yang semestinya tidak dilancong Pengembara dari belahan bumi masghul, sebab tanah ini adalah tanah Pribumi yang dahulunya sebagai pelancong, kemudian mereka congkak Bangsat bertepi disisian waktu Merona karena alat kelaminnya menyerupai wajah lutung menyeringai Wajah-wajah menyepuh lantaran ketahuan sedang org...

Begitulah kota

Selamat datang dimimpi masa depan Dengan ribuan ruang inap berderet-deret Menyetubuhi alam dengan jutaan sinar malam hari Seolah malam tak pernah didambakan Begitulah kota. Dari sini, dari ketinggian sebuah gedung Aku melihat kamu dan jutaan kehidupan dibawah sana; mereka tidak pernah menepi, berdesak-desakan, dan melabrak nasib pada dinding-dinding kota. Begitulah kota, sayangku. Kota selalu menolak malam; ia selalu hidup, bergairah, muda, ketat dan sexy; seperti matamu. Kota juga berbahaya; sebab ia tak kenal siapapun; ia hanya tahu bahwa dialah sebuah ambisi nyata. Dan begitulah kota. Begitulah kota sayangku,  dengan ribuan gedung-gedung sombong dan jutaan kerlap-kerlip penghibur.  Kota tak mengenalku sayang, hanya kamu. Maka, yang menarik dari kota ini hanyalah, karena kamu tinggal didalamnya. Dan, begitulah aku. Jakarta, 2011 Agusgoh.